Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Di Mana Menempatkan Diri

Pagi tadi aku bertemu denganmu Jilbab hijau yang kau kenakan sejak lama Baru kulihat manis diwajahmu tadi pagi Siapa pemilik dua bola mata ini? Pagi tadi aku bertemu denganmu Kau panggil aku seperti biasanya Entah kenapa aku risih mendengarnya Siapa pemilik dua daun telinga ini? Di manakah aku harus menempatkan diri? Dua bola mataku... Dua daun telingaku... Mana? Yang harus kupilih BG, 171014

Tak Seperti Biasanya

Burung Kuning yang biasa menari di taman bunga Lili Putih hari itu. Diam di atas ranting kering pohon Waru. wajahnya tak secerah biasanya. Tampak ditutupi awan lembah duka. Matanya juling berputar-putar lemas. Tak seceria biasanya. Menerawang dalamnya jurang berlembah dingin. Takut tak ada kehidupan di sana. Sayapnya patah lemah. Perjalanan panjang dan bahaya masih membekas di dua bola matanya. Hatinya dingin membatu di dalam keterpurukan. Cakar-cakar yang biasa lentik menari di udara terkapar rapuh. Menggenggam ranting dengan sisa nafas. Tak seperti biasanya. Badai tadi malam merusak bulu-bulu cantik, lambang keceriaannya. Semut merah di lubang kecil terus memandangi. Menunggu kepastian. Burung Kuning terbang kembali ke peraduan bunga Lili Putih, atau jatuh merebahkan sayap terakhir ke peraduan tanah. Mengucap salam perpisahan pada bunga. Dan dunia  tak seperti biasanya. BG, 2014

Sayangku Padamu Sayang Tanpa Kata

Kata Terselip dalam uraian cerita perjalananku di sini. Ketika dua bola mataku mengagumi Akan kupetik satu bintang paling terang. Katanya... Di langit gelap Di langit jauh Di langit tinggi itu... Tentram hatiku kala kudengar suaramu Mendung senja turut terharu Turut menitikkan air tetesan damai Kala kuinginkan bintang paling terang milikku Dengan apa kugapai? Seribu sayap yang membumbungku ke langit Doa dan restumu Sayangmu sayang tanpa kata Bangkalan, 2014