Burung Kuning yang biasa menari di taman bunga Lili Putih hari itu. Diam di atas ranting kering pohon Waru. wajahnya tak secerah biasanya. Tampak ditutupi awan lembah duka. Matanya juling berputar-putar lemas. Tak seceria biasanya. Menerawang dalamnya jurang berlembah dingin. Takut tak ada kehidupan di sana. Sayapnya patah lemah. Perjalanan panjang dan bahaya masih membekas di dua bola matanya. Hatinya dingin membatu di dalam keterpurukan. Cakar-cakar yang biasa lentik menari di udara terkapar rapuh. Menggenggam ranting dengan sisa nafas. Tak seperti biasanya. Badai tadi malam merusak bulu-bulu cantik, lambang keceriaannya. Semut merah di lubang kecil terus memandangi. Menunggu kepastian. Burung Kuning terbang kembali ke peraduan bunga Lili Putih, atau jatuh merebahkan sayap terakhir ke peraduan tanah. Mengucap salam perpisahan pada bunga. Dan dunia tak seperti biasanya. BG, 2014