Gadis Penggembala
Setiap kali aku datang ke kamarnya, belum sempat kuganti seragamku. Dia lebih dulu memanggilku.” Sil! Sisil! Terno nang sumur Sil! ” Suara serak itu merajuk mencariku. Kata paman dan bibi-bibiku yang lain, aku adalah cucu kesayangannya. Anaknya berlima beserta enam cucu. Apabila berkumpul, lengkaplah sudah keluarga besar Sutikno. Dan itu hanya terjadi di hari Raya Idul Fitri. Anak bungsunya seorang gadis idiot, telah meninggal 10 tahun lalu di kursi roda ketika usianya menginjak 16 tahun. Anak keempat belum juga dikaruniai momongan di usia pernikahannya yang ke 16 tahun. Dan akulah anak sulung dari anak lelakinya yang ketiga. Mungkin karena hobiku memasak bubur sum-sum. Rupa-rupanya telah menjadikan kedekatan batin antara Mbokku dan aku di antara kelima cucu-cucunya yang lain. Mbokku sangat menyukai bubur sum-sum dengan kuah gula merah yang disiram di tengah-tengahnya. “ Dalem Mbok .” Aku pun menjawab panggilannya. Aku langsung memapah tubuh kering Mbokku keluar