Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Di Masa Pandemi, Penipuan Online juga Merebak

Gambar
Sumber gambar: Riaume.com Kebutuhan dan aneka tren di masa normal baru menjadi peluang besar untuk modus-modus penipuan gaya baru. Di tengah pandemi ini, aktivitas masyarakat masih lebih banyak dihabiskan di rumah sambil berinteraksi sosial lewat media online . Perlu disadari bahwa masyarakat yang setiap harinya berkutat dengan gawai dan media sosial telah menjadi sasaran empuk oknum penipuan online . Para penipu tidak hanya melakukan penipuan secara individu dan mengganyang beberapa korban saja, bahkan dengan terorganisir dan secara masif. Mereka memanfaatkan situasi dan kemudahan media online  untuk meraup keuntungan sesaat dengan cara merugikan banyak korban. Di masa pandemi, barang yang marak menjadi alat penipuan adalah produk-produk yang dijual online  di instagram, twitter , dan facebook  seperti daster, piyama, gamis, sepeda, dan alat kesehatan seperti alat pelindung diri (APD), masker, sanitiser ,  hingga kebutuhan pokok, seperti sembako. Para pelaku melakukan ak

Masyarakat Tangguh di Tengah Pandemi

Gambar
Sumber gambar: gesuri.id Pada masa yang tidak pasti di tengah-tengah pandemi, pemerintah masih bongkar pasang kebijakan. Mau tidak mau, situasi ini memaksa masyarakat untuk lebih sigap dalam beradaptasi dengan kebijakan-kebijakan baru yang diambil pemerintah. Kita tidak bisa memungkiri bahwa pandemi covid-19 memang telah merepotkan banyak pihak. Sejak menginfeksi Indonesia pada bulan Februari sampai menginjak bulan Juni, berbagai sektor jadi amburadul tak karuan. Kebijakan yang diambil pemerintah pun terkesan tidak konsisten dan satu suara.  Ini terlihat pada kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dirasa belum tuntas meredam kebingunan masyarakat, kemudian muncul wacana kebijakan baru. Meski baru wacana yang akan dilaksanakan dengan indikator WHO, ketidakkonsistenan tersebut telah memperlihatkan kesan bahwa pemerintah tengah kebingungan dan kewalahan menangani covid-19. Laksana pepatah, pemerintah dihadapkan pada situasi bak makan buah simalakama. Jika pereko

Dikuliti Sampai ke Lekuk Pori

Gambar
Secara pribadi saya merasa dikuliti habis oleh surat-surat Emha yang ditulis kepada Dil, meski saya tak punya kuasa atas apa-apa kecuali kulit ari saya sendiri _ yang itu pun masih terinterferensi sabun mandi. Di sana ada semacam euforia nikmatnya jadi ayam kampung yang ditelanjangi untuk merayakan Lebaran. Emha mengajak pikiran berpetualang dalam setiap pojok sistem tata kehidupan manusia. Semua laku terasa miris, mengusik sekaligus menggelitik. Dan menyehatkan. Retorika-retorika tentang ideologi, kekuasaan, perjuangan manusia di tengah modernitas, perjuangan manusia di kolong-kolong kekuasaan membuat dahi sedikit-sedikit mengernyit. Sejurus kemudian balik lagi mengangguk-angguk, “betul..., betul....”. Tiba di lembar berikutnya, sambil tersipu-sipu bak membaca novel romantis pada bab happy ending . Dari Pojok Sejarah adalah renungan perjalanan Emha yang ditulis kepada adiknya, Dil, tentang kegiatannya selama di Eropa, “Negara Landa” dan Jerman. Tulisan berisi paradoks d

Jangan Takut Berpolitik, Politik itu Asyik

Gambar
Politik tak selamanya jahat, licik, dan kejam. Begitu menurut Andi Fardan Yakub penulis buku “Politik,  Kok , Dibenci” dalam diskusi hangat di kawasan Desa Wisata Pulesari. Bukunya dibedah bersama mahasiswa pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Sabtu pagi, 09 November 2019 kemarin. Mahasiswa pascasarjana yang tergabung dalam FISH (Forum Ilmu Sosial Humaniora) mengadakan makrab dan bedah buku dengan membedah salah satu karya dari anggota FISH sendiri, yaitu Andi. Andi adalah sosok muda yang sangat menginspirasi dengan 15 buku dan prestasi-prestasinya dalam bidang pendidikan, kebudayaan, kemahasiswaan, perempuan, dan anak. Mahasiswa semester satu magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat UGM ini menyatakan bahwa politik itu asyik walaupun kebanyakan orang berpikir sebaliknya. Orang berpikir bahwa politik itu jahat dan licik. Sebenarnya pemikiran seperti itu hanya didasari pada pendefinisian yang terlalu sempit. Padahal manusia hidup di dunia ini sudah berpolitik

Kontroversi Mudik, Samakah dengan Pulang Kampung?

Gambar
Sumber gambar: makassar.tribunnews.com Beberapa hari lalu masyarakat Indonesia sempat diuji dengan kontroversi “mudik” dan “pulang kampung” yang sebelumnya diungkapkan dalam tayangan wawancara eksklusif Najwa Shihab dengan Presiden Jokowi di Trans 7 pada hari Rabu, 22 April 2020. Karena istilah tersebut diucapkan orang paling berpengaruh di republik ini, wajar bila kata mudik dan frasa pulang kampung menjadi sorotan banyak kalangan, terutama umat Islam yang kental dengan tradisi mudik sebagai ritual wajib merayakan Hari Raya Idul Fitri. Pengaruhnya pun tidak hanya viral diperbincangkan di ranah-ranah rumah tangga yang tengah dilema untuk melakukan perjalanan ke kampung halaman, melainkan juga diperbincangkan para akademisi dan eksekutor kebijakan publik lainnya di tanah air.   Secara linguistik kata mudik dan frasa pulang kampung memang memiliki kesamaan dalam arti kamus, namun setiap kata memiliki makna yang berbeda sesuai konteks pemakaiannya. Beberapa kata secara leksikal