Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Penasaran Jatuh Kagum

Gambar
Ditulis tgl 6/28/15             Kenapa ya.., kok nervous ? Sosok ini sejak tadi malam membuatku penasaran. Jam menjalankan detiknya di dalam dada. Thak..Thak..Thak. Begitu aneh bukan yang biasa memompa darah-darahku selama 21 tahun ini. Membangunkan rasa yang lain, tapi bukan seperti rasa yang sedang kurahasiakan. Puisi-puisinya sempat kuburu dan cerpennya yang berjudul Jaring-jaring Merah membawaku mengelana ke suatu perjuangan di Aceh.  Duka yang memesona. penulisnya sempat diancam dibunuh masa itu. Aku jadi semakin penasaran karena kabar bahwa dia akan singgah ke kampusku. Diriku semakin terbawa euforia pada detak-detak yang kutahu ketika mendekat semakin mendetak cepat.             Kau tak perlu cemburu Ra, ini tak seperti yang kau………..             Ran, simaklah baik-baik jika kau mengerti ceritaku. Sebagai pengantarmu pergi ke negeri dongeng. Kau tahu daun yang sedang kuncup itu? Semakin tua semakin kusuka pada warnanya yang menghijau. Semakin kukagumi. Hijau segar. Menebal.

Masih Anak-anak

Ra, pagi yang buta aku masih tak bisa hilang dari peluk malam. Sampai sejauh ini untuk beranjak dewasa keimanan ini masih saja untuk diriku sendiri. Bergaul akrab dengan pikiran sendiri dan terlalu malu mengakrabi dengan yang lain. Kuperkenalkan kau dengan seorang. Lihatlah Ra. Bila sekali temu, kecantikannya meruntuhkan logika kaummu. Ketika itu diambilnya satu diantara tumpukan buku paling berat. Dia seorang yang baik dan supel. Tangannya yang halus mungil membuka satu persatu halaman. Tetap saja yang menarik baginya adalah gadget yang belum sempurna di cash di atas meja. Begitu lama bercengkrama dengan sahabat maya, belum juga tuntas sampai Maghrib tiba. “Ayo kita nonton!” 40.000 itu hal yang tak jadi pikiran. Buang saja uang segitu. Ra dibandingkan dengan buku yang dielusnya tadi tak ada niatku untuk membandingkan. Terserah  manusia memilih. Tapi Ra, asal jangan terlena dengan kenyamanan yang dibuatkan dunia. Seorang intelligen sudah dibekali cara berfilsafat. Bahkan kau suda

Aku Bukan Penulis!!!!!

Pengalaman pertama ikut lomba cipta cerpen? GOKIL karena nekad bangets. Ilmu yang aku pelajari di sekolah adalah ilmu eksak dan aku tidak mengenal dunia tulis menulis (kecuali nulis-nulis tugas sekolah, ketik-ketik sms, status fb. Hehehe ) Awal pengen ikutan lomba? Nggak tahu dari mana datangnya.  Okelah, aku pikir apa salahnya mencoba. Lagian aku sudah tercebur di PBSI. Dulu, aku juga suka mengarang. (Mengarang bebas jawaban ujian, maksudnya) Nah, yang aku inget pas hari H.  Waduh, kelimpungan, alias mati kutu pas tahu waktu membuat cerpen cuma 45 menit dan tema ditentukan di tempat. Mikir judul aja 20 menit. Lah, gimana yang lainnya; outline , kalimat utama, kalimat penjelas, penokohan, belum lagi kepaduan paragrafnya. Ditambah  suara keyboard peserta lain yang bikin nafas ikut tertahan dalam bunyi tak-tik-tak-tik . Cepet banget mirip lomba lari 100 m. Bedanya yang ini larinya pake jari dan ide-ide. Tumpuannya keyboard komputer bukan jalan aspal. Agghhh pengen rasanya teriak da

Catatan Ketika Ngantuk

Kuliah Tamu “Prepare to Change the Word” 24 Februari 2015 oleh Prof. David Pickus (USA) *Seorang intelek dengan kefasihan berbagai macam bahasa asing termasuk bahasa Indonesia. Berkeliling Negara-negara untuk mendalami ilmu. Ternyata prof David suka bikin anekdot juga. Bakat jadi pelawak sih prof… J “nama saya Pickus bukan tikus” J . Yang bikin saya terkesan, yaitu orangnya murah senyum dan apresiatif. Sayangnya tadi saya belum begitu paham tentang yang dipresentasikan. Untungnya sih ditranslet Pak Dosen. Lumayan ada catatan yang bisa saya torehkan. Bisa dibaca di bawah ini J .   Di era globalisasi, teknologi yang mahal tetap digunakan karena menjadi kebutuhan. Sebagaimana pula bahasa Madura (regional) agar menjadi besar adalah salah satu mengglobalkan bahasa. Misalnya juga barang-barang seperti HP dan kartu GSM, bisa menjadi milik siapa saja meski yang membuat adalah orang Cina. Juga sistem. Sistem bisa dishare . Sehingga bisa digunakan banyak orang. Akan tetapi kita harus m

Menjejakkan Kaki di Kota Pak Presiden

Gambar
05, 05, 2015             Perkenalkan, ini tentang persahabatan yang luar biasa. Melangkahkan kaki dengan seribu tanya. Namun siapapun ia terus memacu titik lebur keraguan. Hampir-hampir sudah selama tiga hari aku di sini. Ajaibnya, waktu menyitakan fokus hati. Mereka luar biasa. Siapa  tak menyangka dengan berbalut keanggunan, mereka tiba dari seluruh penjuru kota. Membuat jiwa terus belajar kepada siapa saja dan di mana saja. Karena perjalanan ditempuh lengkap dengan kisah berbagai perjuangannya. Perkenalanku dengan "dia" mahasiswi Sumbawa             Luas ukuran kamar empat kali luas kamar kosku di Madura. Sejak tiba aku sudah tertarik dengan berbagai lukisan yang dipajang di dinding kamar bagian luar. Begitu juga suara gamelan bertalu-talu di tengah-tengah pendopo. “Apa nama tempat ini?” Tiap malam gamelan selalu dimainkan. “TBJT” Kata seorang mahasiswi asal Wonogiri. Alias Taman Budaya Jawa Tengah. Saya dan teman-teman yang datang dari berbagai daerah; di sit

Terharu

Gambar
@ Hari yang Menyenangkan Bersama kalian aku mendapat banyak inspirasi. BB7 yang membuatku tersenyum bangga. Hari ini kalian anteng mau mengerjakan soal-soal latihan. Terlalu atraktif sudah menjadi karakter anak-anak BB7 ini. Sebelum belajar aku coba putarkan video “Fahrizal Idol” yang sempat kutonton pula waktu IMB di Pacet . Kutatap satu persatu kedua bola mata mereka. Berbinar-binar. Berkaca-kaca. Baru kali ini kulihat wajah mereka sungguh-sungguh, menyimak video tersebut. Suara Fahrizal yang merdu menggugah perasaan halus adik-adikku BB7. Kuajak melayang mengingat tentang jasa ibu mereka. Akhirnya dari situ mereka mau menulis. Meski hanya satu paragraf, ide yang tertuang itulah kepuasan hati. Mengaku bahwa masih kesulitan menumpahkan ide. Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena aku pun sama seperti mereka. Mungkin  memulai dari yang terkecil itu masih belum terlambat. Langkah seribu dimulai dari langkah pertama bukan? Klise memang. Tapi begitulah. Tidak menyangka dari situ akhir

Inspirasi dari Pengajar Muda

Tulisan ini adalah kepingan yang coba kusatukan sebagai pelajaran dan pengingat bahwa aku tidak boleh lelah berjuang. Diri ini butuh dididik dengan pembiasaan-pembiasaan. Terima kasih guru-guruku……. Doa untukmu, Guruku Wahai guruku Mulianya hatimu Mengajar mendidikku selalu Tanpa kenal letih dan jemu Semoga Tuhan meridaimu Ya, Allah, peliharalah guruku Agar terus berada dalam rahmat-Mu Agar terhindar dari tipuan dunia Yang senantiasa menipu manusia Ampunkanlah wahai guru, kekhilafan anak muridmu Kuserahkan jiwa ragaku Agar terdidik nafsu liarku Dengan izin Allah Ya Rabbi Engkaulah guru sejati Engkau pendidik yang berhati murni Semoga Tuhan senantiasa merahmatimu (Iwan Fals, 25 November 2010, Untuk Guru di Seluruh Indonesia) Inspirasi dari para pengajar muda Dari Nanda Yunika Wulandari seorang Sarjana Psikologi UGM, Mengubah “malu” menjadi “mau” 1.      “malu” untuk maju dan kini mereka “mau” maju. 2.      Setelah “mau” maju, kenalkan

JOKO PINURBO

Gambar
    Jokpin tentu tidak asing lagi bagi pecinta sastra khususnya puisi. Joko Pinurbo ialah seorang penyair Indonesia pada masa kini. Karya puisi Joko Pinurbo dinilai memiliki karakteristik khas dan permainan khayalan yang tinggi sehingga mampu membawa penikmat karyanya pada sesuatu hal berbeda dan tidak terduga. Sajak panjang dan syair dalam puisi karya Joko Pinurbo inilah yang menjadi kekuatan dan hal paling menonjol menurut beberapa penikmat karyanya. Kadang, Joko Pinurbo mampu menyajikan karya dengan bahasa yang sederhana tapi bisa menciptakan sebuah bertentangan dengan harapan dan humor yang cukup dalam dan mengena. Joko Pinurbo mampu membuat sebuah karya puisi dengan memadukan berbagai unsur unik, seperti interaksi antara ibu dengan ayah, unsur dimensi yang aneh, seksualitas, sensualitas, dan karya puisi ini dikemas dalam penggarapan yang baik dan dengan bahasa yang tak pretensius. Puisi karya Joko Pinurbo meraih penghargaan sebagai pemenang karya sastra Maj