Inspirasi dari Pengajar Muda

Tulisan ini adalah kepingan yang coba kusatukan sebagai pelajaran dan pengingat bahwa aku tidak boleh lelah berjuang.
Diri ini butuh dididik dengan pembiasaan-pembiasaan.
Terima kasih guru-guruku…….
Doa untukmu, Guruku
Wahai guruku
Mulianya hatimu
Mengajar mendidikku selalu
Tanpa kenal letih dan jemu
Semoga Tuhan meridaimu
Ya, Allah, peliharalah guruku
Agar terus berada dalam rahmat-Mu
Agar terhindar dari tipuan dunia
Yang senantiasa menipu manusia
Ampunkanlah wahai guru, kekhilafan anak muridmu
Kuserahkan jiwa ragaku
Agar terdidik nafsu liarku
Dengan izin Allah Ya Rabbi
Engkaulah guru sejati
Engkau pendidik yang berhati murni
Semoga Tuhan senantiasa merahmatimu
(Iwan Fals, 25 November 2010, Untuk Guru di Seluruh Indonesia)
Inspirasi dari para pengajar muda
Dari Nanda Yunika Wulandari seorang Sarjana Psikologi UGM,
Mengubah “malu” menjadi “mau”
1.     “malu” untuk maju dan kini mereka “mau” maju.
2.     Setelah “mau” maju, kenalkan pada mereka dengan rasa “malu” karena tidak tahu.
3.     Ajak untuk “mau” tahu akan segala hal baru dan melakukan hal-hal baru.
4.     Lalu kenalkan mereka untuk “malu” karena belum berprestasi.
5.     Dan pada akhirnya “mau” mengejar mimpi masing-masing.
Manusia Auksin
Dari Bagus Arya Wirapati seorang Sarjana Ekonomi UI.
Setelah mereka semua mengerti, saya menutup pelajaran dengan sedikit filosofi mengenai auksin. Saya katakan kepada mereka untuk menjadi menjadi MANUSIA AUKSIN. Mengapa? Bahwa kita harus tumbuh subur di bawah sinar matahari yang merupakan perumpamaan dari sebuah kondisi yang mudah dan menyenangkan. Tetapi, tak selamanya kita akan menemukan matahari dalam kehidupan kita. Kadang ada kondisi di mana semuanya gelap, seperti tak ada harapan. Karena itu, kita harus menjadi manusia auksin. Dalam terang kita tumbuh subur, dalam kita menjadi lebih tinggi, lebih dewasa. Kita juga tidak boleh menyerah dalam mencari cahaya. Layaknya auksin yang membimbing tumbuhan untuk menuju arah datangnya cahaya. Tak adanya harapan harus dapat membuat kita berusaha lebih keras untuk menemukan harapan tersebut, menciptakan jalan kita sendiri. Dengan demikian, kita akan tetap dapat tumbuh lebih tinggi dan subur, entah ada atau tidak ada matahari dalam hidup kita. Dream On!
Uwa’nya Pila
Dari Adeline Magdalena seorang Sarjana Sains ITB.
Inspirasi ada di sekitar kita. Di setiap jiwa-jiwa yang berjuang untuk hidup. Melawan semua keterbatasan. Memikirkan apa yang jauh di depan tanpa kehilangan hari ini.
Tentang 4,5 Jam
Dari Rusdi Saleh seorang Sarjana Komunikasi Pengembangan Masyarakat IPB.
Percayalah hanya dengan berempati kita akan lebih menghargai kehidupan yang kita miliki saat ini. Karena terkadang hidup dengan kesederhanaan akan terasa lebih bahagia, tenang, dan tak dibebani oleh pikiran-pikiran yang semestinya tidak ada dalam pikiran kita.
Pintu Tambak and the World Economy
Dari Patrya Pratama seorang Sarjana Ilmu Hubungan Internasional UI.
Ber-HI sedikit
Dari pengalaman saya ini, ada benarnya juga kata-kata dari ekonom Paul Krugman bahwa ekonomi Asia lebih banyak “perspirasi” (keringat) daripada inspirasi (berpikir). Bertambak yang dilakukan oleh masyarakat Labuangkalo memang menguntungkan secara ekonomi dan menunjukkan semangat gotong royong tradisional yang luar biasa, tetapi menurut saya itu belum cukup. Hasil-hasil tangkapan tambak tersebut dibeli oleh orang-orang di Tanah Grogot yang kemudian mendistribusikannya ke pabrik-pabrik selain dijual di pasar. Tidak ada value adding yang dilakukan. Padahal, bila warga Labuangkalo paham mengenai pengolahan, pemasukan ekonomi mereka-dan desa-akan jauh lebih tinggi. Praktik gotong royong secara tradisional saja menurut saya tidak cukup lagi untuk bertahan di dunia yang amat kompetitif. Proses penjualan bahan mentah seperti ini amat statis dan berpotensi tereksploitasi oleh pembeli (a.k.a. perusahaan) karena dapat saja mereka menekan harga belinya atau mengalihkan sumber bahan mentah mereka.
So?  Hanya pendidikan yang mampu memotong rantai tersebut. Warga Labuangkalo kelak harus memahami bahwa keasyikan bekerja di lapangan berlumpur-lumpur dan berpanas-panas ria akan jauh lebih nikmat apabila diantara mereka yang duduk di dalam pabrik mengolah hasil tangkapan  dan duduk di atas meja untuk memikirkan sendiri penjualan produknya. Until that moment comes, we can only have fun at the tambak not the world
Lebih Keras dari Rotan
Dari Adhi Nugroho seorang Sarjana Sosial UI.
Efek pukulan yang kemudian akan membentuk karakter yang salah. Anak-anak yang terdidik di bawah ancaman pukulan. Seharusnya terdidik di bawah suasana belajar yang menyenangkan, diiming-imingi apresiasi dan prestasi setelah bekerja keras belajar, ataupun di bawah kehangatan dan relasi hubungan yang baik antara guru dan murid.
Guru juga manusia biasa yang punya salah, marah, emosi yang terkadang di luar kendali. Itulah kenapa muncul berita-berita di tv atau koran tentang guru yang menghukum siswa dengan hukuman fisik yang berakibat keharusan siswa dibawa ke rumah sakit.
#buatlah  yang lebih keras dari rotan yaitu anak-anak suruh masing-masing menuliskan di secarik kertas peraturan apa yang mesti ada supaya kelas tertib dan kondusif. Anak-anak diajak memilih usulan dan ditempel pada papan tulis. Juga ditempel di masing-masing sampul depan buku PR yang setiap hari dibawa ke sekolah. Maka anak akan  otomatis menjadi buzzer (pendengung) bagi anak lain yang melanggar. Hukumannya bagi yang melanggar bisa dengan duduk di kursi yang menghadap ke teman-temannya selama 60 menit sampai ia sadar dan mengakui kesalahannya kemudian minta maaf.
Bisa juga dengan hukuman yang agak berat seperti diminta keluar dari kelas untuk duduk belajar di kelas bawahnya. Jika anak sudah mulai jera dekati anak itu lalu tanyakan bagaimana? Apakah dia akan mengulangi kesalahannya lagi? Ataukah dia akan minta maaf dan menyesali perbuatannya?
Ajarkan kalau menangis itu tidak menyelesaikan masalah. Seperti halnya kasus menghukum anak dengan hukuman fisik.
Yang terpenting adalah proses si anak menyadari kesalahannya dan minta maaf.
Rotan yang lebih keras adalah ketegasan tanpa pukulan fisik dengan penuh nilai-nilai yang ditanamkan.



                       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masyarakat Tangguh di Tengah Pandemi

Jangan Takut Berpolitik, Politik itu Asyik

JOKO PINURBO