Membaca Murjangkung
Judul :
murjangkung (cinta yang dungu dan hantu-hantu)
Penulis :
A.S Laksana
Penerbit :
GagasMedia
Tahun terbit : 2013
Tebal buku : 214 + vii
Harga buku : Rp 50.000,00
Mereka
datang 213 tahun sebelum negeri mereka menemukan kakus. Mula-mula mereka
singgah untuk mengisi air minum dan membeli arak dari kampung Pecinan di tepi
barat sungai; lima tahun kemudian mereka kembali merapatkan kapal mereka ke
pantai dan menetap di sana seterusnya. Tuan Murjangkung, raksasa berkulit bayi
yang memimpin pendaratan, membeli dari Sang Pangeran tanah enam ribu meter
persegi di tepi timur sungai. Di sana ia mendirikan rumah gedong dan memagar
tanahnya dengan dinding putih tebal dan menghiasi dinding pagarnya dengan
pucuk-pucuk meriam.‒”Bagaimana Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit
Perut.”
A.S Laksana
selalu dapat menyihir pembacanya dengan cerita-cerita menarik yang ia ciptakan.
“Murjangkung” ini salah satunya, merupakan buku antologi cerpen kedua setelah
“Bidadari yang Mengembara”. Buku pertamanya ini, terpilih oleh majalah Tempo
menjadi buku sastra terbaik di tahun 2004. Terdapat 20 cerpen yang terkumpul
dalam “Murjangkung”. Semakin lama seorang penulis bermain dalam kekuatan kata,
maka tak bisa dipungkiri akan semakin baik karya-karya yang dihasilkannya. Alur
dalam cerita yang tidak mudah ditebak menunjukkan imaji pengarangnya yang
tinggi. Juga pada pemilihan diksi yang penulis pilih untuk mengawinkan humor
dan tragedi menjadi dongengan menarik. Bagian pembuka selalu mengajak pembaca
untuk berdamai dengan suasana. Seperti bagian pembuka pada cerpen Bagaimana Murjangkung Mendirikan
Kota dan Mati Sakit Perut.
“Ini
cerita tentang para pemabuk, tetapi kau bisa membacanya dengan pikiran tenang
menurut caramu sendiri. Jika kau tinggal serumah dengan orang yang bising,
kurasa ada baiknya kau menyingkir sebentar dari dia dan mencari tempat yang
nyaman bagimu untuk menikmati sedikit waktu. Mungkin kauu bisa masuk ke kamar
kecil, pura-pura berak, padahal kau hanya memerlukan ketentraman hati untuk
sebuah cerita.”(hlm. 1)
Juga pada cerpen Cerita
untuk Anak-anakmu
“Kuharapanak-anakmu
menyukai cerita ini. Aku sudah mengubah banyak sehingga ia tidak sama dengan
apa yang kupikirkan semula. Kau tahu, dulu aku tegang sekali melihat
anak-anakmu khusuk mengunyah televisi. Aku menganggap benda itu sebagai keparat
dan kau justru menyuruh anak-anakmu bersahabat dengannya.”(hlm. 185)
Sepuluh cerpennya dalam buku ini diterbitkan koran
Tempo termasuk juga cerpen yang berjudul Bagaimana
Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut. Lima di antaranya
diterbitkan oleh Jawa Pos salah satunya yang berjudul Cerita untuk Anak-anakmu. Ibu Tiri Bergigi Emas dan Malam Saweran diterbitkan oleh Suara
Merdeka. Kompas dengan Dua Perempuan Satu
Rumah. Seorang Lelaki Telungkup di Kuburan oleh Horison. Metro Bandung
dengan cerpen karyanya yang berjudul Perempuan
dari Masa Lalu.
Peresensi: Anggun Putri A.M
Komentar
Posting Komentar